Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2024

DERITA HASAD

 Epit Rahmayati (Coach Sekolah Kepenulisan Dakwah) Terpuruk dalam kubangan nista. Kala dengki menyentuh sukma. Memendam benci, di batas yang tak pernah pasti. Sampai pada rasa hasad melenyapkan belas asih. Meski Qabil sadar Habil adalah bagian nasabnya, bersaudara dari bapak yang sama. Namun nafsu amarah tak bisa dicegah. Tatkala persembahan Habil diterima, sementara pemberiannya terjelembab dalam kedustaan hati, tak laik uji.  "Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil), “Aku pasti membunuhmu! ” Berkata Habil, “Sesungguhnya Allâh hanya menerima (ibadah kurban) dari orang-orang yang bertakwa.” (Qs. Al Maidah: 27) Angkara kian memuncak, saat iblis turut membisik prasangka. Nafsu melenyapkan Habil semakin menjadi. Akumulasi hasad menari di benak. Membangkit dendam, yang ...

PENSIUN DARI DAKWAH

 Aunur Rafiq Saleh Tamhid  ( Coach Sekolah Kepenulisan Dakwah 2) Orang pensiunan, dalam bahasa Arab disebut mutaqo'id / متقاعد (orang yang sebelumnya bekerja kemudian berhenti bekerja). Kata asalnya qo'ada / قعد yakni duduk. Kata bendanya qu'ud قعود. Diantara arti قعد adalah duduk setelah sebelumnya berdiri. Atau meninggalkan sesuatu. Atau tidak mau aktif melakukan sesuatu. Fenomena ini bila terjadi di dunia dakwah disebut penyakit qu'ud / قعود. Di dalam al-Qur'an, orang yang tidak mau aktif berdakwah dan berjuang menegakkan ajaran Islam disebut dengan "قاعدون " (orang-orang yang duduk berpangku tangan). Allah berfirman, قَا لُوْا  يٰمُوْسٰۤى  اِنَّا  لَنْ  نَّدْخُلَهَاۤ  اَبَدًا  مَّا  دَا مُوْا  فِيْهَا  فَا ذْهَبْ  اَنْتَ  وَرَبُّكَ  فَقَا تِلَاۤ  اِنَّا  هٰهُنَا  قَا عِدُوْنَ  "Mereka berkata, Wahai Musa! Sampai kapan pun kami tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya, karena itu pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah ka...

Narasi Kemerdekaan Sejati

  Djoko P. Abdullah Negeri ini masih dicekik ribuan triliun utang berbunga haram. Jika negeri ini telah mampu melunasi utang itu, silakan teriak merdeka! Jika belum mampu, lebih baik diam dan berpikir. Malu kita. Banyak anak negeri yang hanya jadi babu di negeri orang. Mereka sering kali disiksa dan dianiaya. Jika negeri ini belum mampu memulangkan mereka, memberi pekerjaan layak, dan menyejahterakan, jangan teriak merdeka! Lebih baik diam dan berpikir. Malu kita. Penggalan puisi Taufik Ismail telah menyadarkan kita. 79 tahun merdeka, namun menyisakan persoalan yang sangat elementer bagi sebuah bangsa yang berdaulat. Andaikan The Founding Fathers menyaksikan tragedi ini, mungkin mereka juga tidak menyangka akan begini jadinya negeri yang diperjuangkan dengan keringat, darah, dan air mata. Sedikit kita simak apa yang pernah disampaikan Presiden Soekarno saat meresmikan Akademi TNI Angkatan Laut pada tahun 1953: "Usahakanlah agar kita menjadi bangsa pelaut kembali. Ya, bangsa pelaut...

MEMINTAS CELA

 Epit Rahmayati  ( Coach Sekolah Kepenulisan Dakwah 2) Miris!!! Membaca surat kabar online beberapa bulan terakhir. Maraknya kasus pelecehan sesama jenis yang menyasar anak di bawah umur sangat memprihatinkan.  Modusnya mulai dari iming-iming sesuatu yang menjadi daya tarik anak sampai pada penculikan sesaat dalam hitungan jam. Lantas sang anak diantar kembali ke lokasi di mana ia diculik. Tentu saja dengan hasil investigasi terindikasi sudah dilakukan pelecehan terhadap sang anak.  Adalagi cara halus, membuka chanel komunitas tak wajar pada platform digital. Dengan dalih pertemanan, menggaet anak menjelang dewasa yang merasa kesepian dan atau mereka yang terdampak dari permasalahan orang tuanya. Lebih sadis, kasus terbaru yang dilansir beberapa media terkait  pelecehan masal sesama jenis dilakukan sebuah panti asuhan di wilayah Tangerang. Kejahatan menusuk sukma, membuat geram bukan kepalang. Alih-alih menyantuni, justru anak-anak yang diasuh diajarkan menjadi ...

AKHLAK DAN PERADABAN

  Ratih Pradesitasari Ada sebuah peribahasa melayu yang berbunyi "bahasa menunjukkan bangsa". Peribahasa ini merujuk pada pemahaman tentang identitas. Bagi masyarakat melayu saat itu, kata bangsa lebih diartikan sebagai ‘bangsawan’, orang-orang yang dianggap berada di golongan atas. Bisa jadi raja, kaum ningrat, maupun ulama yang strata sosialnya dianggap lebih tinggi daripada petani ataupun rakyat biasa.  Namun di masa kini, dimana strata sosial sudah berkurang maknanya, bahasa masih berarti identitas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahasa memiliki arti sebagai lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri. Sedangkan identitas menurut Kamus Merriam-Webster merupakan ciri-ciri yang melekat dan tertanam dalam diri setiap manusia.   Sebagai sebuah identitas dan cara untuk berinteraksi dan berkomunikasi, bahasa menawarkan kedudukannya tersendiri pada penggunanya. Berb...

Jihad Membebaskan Mustadh'afin

  Djoko P. Abdullah Kalau tragedi Dekrit Presiden 5 Juli 1959, yang oleh Huntington disebut sebagai blackflow of democracy (arus balik demokrasi). Maka peristiwa Reformasi 1998, seiring dengan jatuhnya rezim Orde Baru, dalam pandangan John L. Esposito masuk dalam proses political bubble (gelembung politik). Sementara George Sorensen memperkenalkan. Istilah  standstill  (berjalan di tempat), kemudian mengenalkan istilah “semi demokratis” atau “semi otoriter“ untuk menyebut suatu rezim antara demokratis dan otoriter. Atau rezim yang terjebak pada slogan reformasi birokrasi tapi tak memperlihatkan perubahan yang substansial atau signifikan. Sementara itu Yerry Lynn Karl mengistilahkannya dengan hybrid democracy (demokrasi hibrida). Mau Kemana Kabinet Merah- Putih? Wait and see adalah sikap paling bijak untuk mengomentari kabinet gembul ini. Kabinet paling tambun sepanjang sejarah orde baru sampai orde reformasi. Bernard Shaw, pernah mengatakan, 'Political necessities sometim...