Langsung ke konten utama

MEMILIH KEPUTUSAN



Penulis: 

Komariyah 

(participants Sekolah Kepenulisan Da'wah Batch #2)

Lelaki itu sempat terkesima, karena dalam waktu lima menit harus mengambil sebuah keputusan penting. Bukan semata tentang dilema, tetapi hati kecilnya sempat bertanya kenapa sang komandan tak memilihnya untuk memberikan hadiah itu kepada dirinya. Sungguh hadiah itu  sangat ia impikan dan rindukan, karena sampai saat itu belum pernah umrah ataupun haji. 


Pikiran menginginkan hadiah itu segera ditepisnya, karena itu bukan rejekinya. Rezekinya adalah dipercaya oleh atasannya untuk memilih  orang yang pantas untuk berangkat umrah gratis. 


Lelaki dengan pangkat kolonel itu merasa bayangan wajah sekian orang  berkelebatan di kepalanya. Didikan militer saat diberi tugas biasanya akan lantang dijawab dalam hitungan detik, tetapi kali ini diberi waktu lima menit untuk menyebut satu nama. Sungguh pilihan sulit, karena ia merasa semua orang di sekelilingnya baik dan rata-rata rajin salat berjamaah di masjid lingkungan kantornya. Waktu yang di tentukan telah habis. Lelaki itu menjawab 

"Saya putuskan yang berangkat umrah adalah marbot masjid ... bernama..."


Sang kolonel menjatuhkan pilihan pada seorang marbot masjid. Tak pelak membuat tercengang dan terharu. Pro kontra pun sempat beliau hadapi.

Keputusan yang diambil olehnya memang cukup sulit, Teman seprofesi atau orang yang berada di sekitar kantornya banyak yang layak berangkat, tetapi ada yang lebih layak untuk diberangkatkan.


Ketika ada pertanyaan mengapa beliau memutuskan bahwa marbot itu layak diberangkatkan umrah? Beliau menjawab,

"Saya mengenal marbot itu. Orangnya jujur, sopan dan bertanggung jawab, juga karena dia banyak menghabiskan waktunya di masjid. Mempersiapkan segala sesuatu. Melihat waktu kapan adzan dikumandangkan, memeriksa persediaan air, membereskan dan membersihkan masjid, menjaga kenyamanan para jamaah. Satu lagi secara finansial dia tak lebih dari para jamaah yang notabene bergaji cukup. Kesempatan untuk menabung mungkin akan lebih lama lagi. Semua itu membuat hati saya tergerak untuk memilihnya," 


Keputusan yang diambil oleh sang kolonel merupakan gambaran dari keputusan intuitif, karena  intuisi  yang memandu momen akhir pengambilan keputusan. Intuisi menentukan opsi mana yang harus dipilih ketika dua alternatif tampaknya sama, mempercepat proses pengambilan keputusan, dan ketika fakta-fakta yang ada tidak mencukupi, intuisi memungkinkan individu untuk memutuskan satu jalan atau jalan lainnya.


Intuisi dapat didefinisikan sebagai proses pengetahuan nyata yang umum di antara semua orang, yang berasal dari informasi bawah sadar yang terus-menerus diserap otak, dari kesan, gambar, dan sensasi.


Ini hanya contoh ketika ingin mengambil keputusan penting bahwa seseorang perlu untuk memiliki daya intuitif, sehingga ketika mengambil keputusan tidak ceroboh dan bisa jadi bahwa keputusan itu tepat dan terbaik.

 

Seorang muslim dianjurkan untuk shalat istikharah untuk meminta petunjuk-Nya ketika dihadapkan kepada sebuah keputusan baik keputusan itu diyakini atau yang masih diragukan. Hal ini sebagai cara bertawakkal dan melibatkan Allah agar keputusannya mendapatkan bimbingan dari-Nya..


Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Jabir Radhiallahu 'Anhu , beliau mengatakan:


كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا الِاسْتِخَارَةَ فِي الْأُمُورِ كُلِّهَا كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ يَقُولُ إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالْأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ لِيَقُلْ


Artinya: "Rasulullah SAW mengajari para sahabatnya untuk shalat istikharah dalam setiap urusan sebagaimana beliau mengajari surat dari Al-Qur'an. Beliau berkata: "Jika salah seorang di antara kalian berniat dalam suatu urusan, maka lakukanlah shalat dua rakaat yang bukan shalat wajib, kemudian berdoalah," (HR Bukhari).


Islam mengajarkan tentang musyawarah dalam mengambil keputusan. Proses dalam mengambil keputusan tak dapat dipungkiri akan ada perbedaan. Demikian pula yang terjadi pada rentang perjuangan Rasulullah bersama para pengikutnya, kondisi dan situasi darurat dan genting  kerap dihadapkan untuk bisa mengambil keputusan.


Sejarah Islam memaparkan tentang muwafaqat seorang sahabat nabi yaitu Umar bin Khathab. Muwafaqat adalah perkataan yang langsung direspon oleh Allah. Sebuah keputusan dalam bimbingan wahyu


Ibnu Asakir meriwayatkan dari Abdullah bin Umar dengan riwayat marfu,'

"Setiap kali manusia berpendapat tentang sesuatu lalu Umar berpendapat lain, selalu turun ayat Al Qur'an yang membenarkan pendapat Umar."


Umar  bin Khathab ketika mendampingi perjuangan Rasulullah beberapa kali memberikan pendapat dan keputusan dalam perkara-perkara besar. Kadang keputusan itu berseberangan dengan sahabat lain, tetapi Umar tetap taat dan tsiqah kepada Rasulullah. Tidak menganggap bahwa pendapatnya yang paling benar. Namun Allah yang kemudian membenarkan pendapat dan keputusannya, dengan menurunkan wahyu kepada Rasulullah, sehingga Rasulullah dan para sahabat akhirnya mengikuti pendapat dan keputusan Umar bin Khathab.


Sebagian ulama mengatakan muwafaqat Umar ada lebih dari dua puluh buah.(Lihat Tarikh Khulafa. Imam  As-Suyuti halaman 129-134).

Muwafaqat Umar bin Khathab itu diantaranya ketika beliau berpendapat dan memutuskan tentang 

1. Maqam Ibrahim sebagai tempat salat (Al Baqarah 125)

2. Perintah berhijab

3.Perlakuan terhadap tawanan perang Badar 

4. Menghadapi kecemburuan para istri Rasulullah 

5. larangan minuman keras 

6. Ayat Al Qur'an yang turun persis mengikuti kata-kata Umar bin Khathab tentang penciptaan manusia ( QS Al Mu'minun 12-14.

7. Mengingatkan Rasulullah ketika akan menyalati jenazah musuh Allah ( QS .At Taubah : 84)

8.Khamar(QS Al Baqarah :219)

9 Jangan mendekati salat saat mabuk( QS An Nisa: 43)

10. Ampunan atau tidak suatu kaum ( QS. Al Munafiqun: 6)

11. Penyongsongan atau tidak pada  perang Badar (QS Al Anfal :5)

12.Peristiwa Hadistul ifki ( QS : An Nur: 16)

13.Dihalalkan hubungan suami istri pada saat malam bulan Ramadhan yang sebelumnya diharamkan ( QS Al Baqarah .187)

14. Tentang musuh Allah (QS Al Baqarah ; 98)

15. Perselisihan dua orang (QS ,An Nisa ;65)

16.Izin masuk kamar ( An-Nur: 27)

17.Tentang orang perkataan Yahudi

18. Golongan orang yang terdahulu dan kemudian (QS Al Waqi'ah; 39-40)

19. Tentang zina yang dilakukan oleh lelaki dan perempuan tua 

20. Jawaban Umar ketika ditanya oleh Abu Sufyan pada perang Uhud.


Betapa Allah memuliakan Umar bin khathab dengan memberikan respon ketika mengatakan sesuatu dan ketika memutuskan sebuah perkara. 


Paparan di atas bisa kita petik hikmahnya, bahwa kita belajar bagaimana memupuk keberanian saat  mengambil sebuah keputusan dengan pengetahuan, bersosialisasi, peduli, memiliki landasan iman, salat  istikharah dan menghargai pendapat orang lain, dan kita bersyukur memiliki sebaik-baik petunjuk yaitu Al Qur'an, hadits dan pendapat para ulama yang senantiasa menjaga kemurniannya. 

Wallahu alam


Referensi

Tarikh Khulafa. Imam As Suyuti

Web. IESE


#Narasi Untuk Sivilisasi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Salam...

Menuju peradaban yang diinginkan seluruh manusia, semestinya memenuhi siklus:  Refleksi sejarah, Konteks kekinian dan Gagasan masa depan. Dari ketiga unsur ini, ada satu kesamaan, yaitu kebutuhan akan narasi. Paling tidak, jangan sampai kita semua tersesat pada jalan yang berkebalikan, yakni alih-alih membangun peradaban, malah justru memundurkan peradaban karena salah dalam menerjemahkan   core   (inti) dari setiap unsur pembangun peradaban itu sendiri. Dalam Islam, kita mengenal istilah adab sebelum ilmu, ilmu sebelum 'amal dan menariknya kita perlu mengetahui sekaligus mengerjakan 'amaliyah yang menguatkan adab. Disinilah titik yang mempertemukan ketiganya, yaitu narasi.  Pembaca, selamat menikmati:  narasi untuk sivilisasi

MENGULIK ALASAN

  Epit Rahmayati (Coach Sekolah Kepenulisan Dakwah 2) Ia tersadar telah tertinggal dalam perang Tabuk. Bukan, bukan karena ketidak mampuannya ia tertinggal. Bahkan ia merasa dalam kondisi sangat prima dengan perbekalan memadai. Namun, ia tertinggal karena tak mampu menepis bisikan yang merayu, meniup-niupkan kata 'nanti', hingga ia benar-benar tertinggal! Ia malu, malu pada diri, malu pada sekitar dan tentu malu pada Allah dan Rasul-Nya. Dari sekian yang tertinggal kebanyakan orang-orang yang memang secara syar'i  diperbolehkan tinggal dan atau orang yang terindikasi dalam kemunafikan. Inginnya Ka'ab merangkai kata, menyusun ba'it. Pada saat Nabi meminta alasan. Ka'ab pasti sanggup, ia termasuk pemuka kaum, orator ulung pandai bernegosiasi. Tapi, tidak! Ka'ab tak kuasa. Lidahnya kelu tertahan nurani kejujuran. Ia tertunda dari Tabuk, karena terpesona keadaan, menjustifikasi kata 'nanti' hingga menyeret pada kelalaian. Ka’ab bin Mâlik, Hilal bin Umayy...

DERITA HASAD

 Epit Rahmayati (Coach Sekolah Kepenulisan Dakwah) Terpuruk dalam kubangan nista. Kala dengki menyentuh sukma. Memendam benci, di batas yang tak pernah pasti. Sampai pada rasa hasad melenyapkan belas asih. Meski Qabil sadar Habil adalah bagian nasabnya, bersaudara dari bapak yang sama. Namun nafsu amarah tak bisa dicegah. Tatkala persembahan Habil diterima, sementara pemberiannya terjelembab dalam kedustaan hati, tak laik uji.  "Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil), “Aku pasti membunuhmu! ” Berkata Habil, “Sesungguhnya Allâh hanya menerima (ibadah kurban) dari orang-orang yang bertakwa.” (Qs. Al Maidah: 27) Angkara kian memuncak, saat iblis turut membisik prasangka. Nafsu melenyapkan Habil semakin menjadi. Akumulasi hasad menari di benak. Membangkit dendam, yang ...